Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Di Sudut Cafe 2


Kembali..
Sudut café yang penuh sesak
Imbas canggung suara serak
Kenal atau mengenal sesama
Tidaklah penting juga
Meramaikan suasana intinya
Perihal hati gundah enggan berhenti
Serupa halte kosong tak berisi
Angkutan akan malas mampir jadinya
Kita bersenang.
Kembali..
Sudut café penuh sesak
Serupa mahkota bunga di himpit ribuan kumbang
Kita menjadi pendenting gelak tawa
Di antara sepasang insan yang di rundung asmara
Nada-nada tak seirama kita mainkan
Menghibur mereka?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Sang Perindu

Selamat malam, Ev
Degup jantung mengalun kacau
Sudah lama aku tak menyapa

Dengarlah,
Aku masih tetap sang perindu
Sengaja memanjakan hati dalam imaji
Tanpa dusa, tanpa luka, tanpa derita
Temaram wajahmu senantiasa melekat pada singgasanaku
Harap saja akan semburat tiba-tiba

Lihatlah
Serangkaian kunang-kunang malam
Lantang sekali, menyuarakan namamu
Di  relung hati terdalam

Tak usah mengiba, Ev
Bahwasanya aku berpaut pada imaji
Mencumbui kamu di bayang-bayang semu
Mendawai seruling cinta lusuh

Aku sang Perindu
Berdiri tegak di belakang bayanganmu
Menyapu setiap sedihmu
Dan seraya berbisik pelan
“Aku mencintaimu, Ev. Dengan segenao hati tertahan”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Aku


Pada hening malam
Aku bercengkrama dengan purnama
Serupa sang bunda
Berlutut basah di hadapannya
Pada dedaunan pecah
Pemisah aku dan purnama
Mendayu elegi malam sekitar
Serupa tangis menulikan pendengaran
Pada sehelai angin
Membelai hangat raga
Melahap setiap imaji terbatas

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Nyanyian Kawan

Sebilah tawanan malam,
Mengumbar gelak seringai jantung kehidupan
Bergerak dari satu tempat ke tempat lain
Aku melihatnya seraya mengerjap
Dia ialah kawanku
Memetik senar gitar dengan lembut
Mendawai lagu penenang
Syair-syair anggun menyeruak di balik nafasnya
Seirama entah kejutan purnama
Kerlip bintang mendekat perlahan
Menguji harmoni bait-bait canda elegi malam
Dialah seraut wajah usang
Terlihat jelas di balik kemeja tanpa kerah
Sendu melahap wajahnya
Menikmati nyanyian penuh emosi
Bergelayutan pada jaring-jaring persahabatan
Dan kami; satu suara mengikuti
Simbah nada kacau menggeram
Tak ada keraguan, tak ada kecanggungan
Menjejakkan dengan lantang
Lagu-lagu bersenandung lega
Hanya untuk kesenangan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Di Sudut Cafe

Disinilah
Deru desah beberap tawa fana
Mengisah lantang tunas diksi
Di sudut-sudutnya aku berada
Bersama kawan baru-kawan lama-
Desir mata siap menyapu satu ruang
Tentang lambung keramaian sejati
Mengeja seraut wajah-wajah malam
Atau mengecap ritma keakraban
Yah, teriakan hawa-hawa ceria semata
Menyeruak di balik gendang telinga
Lebih tepat, merangkul naluriah keluarga
Sebuah keluarga adam-hawa
Dengar; ialah nyanyian bait-bait seorang perempuan
Menerjang serupa ular mendesir
Membaur pada rerumputan liar
Dia, meemegang kendali semuanya
Membelai teling, memukau hati
Di atas panggung sandiwara
Disinilah,
Sudut-sudut cafe tempat kami bercengkrama
Menyusun tarian gemulai canda
Mencuri hak atas cinta
Kepada kawan baru-kawan lama-

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Sebuah Takdir Cinta?



25 ferbuari 2014—

Purnama mengusik desah kelelawar malam, terdengar jelas degup kebingungannya.
"Hey do, apa yg kamu lihat?" Ucap sahabatku rafa, aku tengah bermalam di rumahnya kini.
"Ahh hanya sekelebat bayangan diantara purnama" jawabku datar.
Bisu gemintang menambah kerinduan malam saat menyambut aku dan sang "penghuni lama".
Penuh sesak pikiranku kini, aku tetap tak bisa mengatur hati untuk terdiam.
Semakin larut, ia malah bersuara lebih keras hingga aku terbuai masa-masa dulu kala.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Wajah asing yang ku kenal

Di malam tanpa gemintang
Wajah nian asing mula-mula datang
Menghampiriku dari rimbun kegelapan

Mata merah menyala mulai terbayang-bayang
Seakan-akan ingin menghunus serupa pedang

Raut wajahnya seolah menghadang sejauh mata memandang
Bulu kuduk sedikit bergoyang
dan kutahu ini yang disebut ketakutan

Nyali yang kupintal, serasa telah tertelan ludah di tenggorokan
Sepatah kata pun ku jelang tanpa bimbang
"Eh abang, ronda malam bang?"

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0
Domo-kun Cute