Ujian
Nasional, sepertinya masalah ini sudah basi atau tidak pentingkah?
Karena saat ini kita tengah disibukkan oleh euforia Pilpres, dan sudah
bisa dipastikan siapa pemenangnya. Tapi saat ini tidaklah saya ingin
membahas masalah pilpres ini, bukan berarti tidak penting. Biar dan
ijinkalah saya mengulas sedikit tentang dampak Ujian Nasional pada
kondisi psikis anak atau siswa. Siapa peduli! Tapi biarlah karena ini
hanyalah rasa empati saya yang begitu besar terhadap dunia pendidikan,
sebab saya pernah menjadi seorang pendidik untuk beberapa tahun
menangani langsung siswa yang akan menghadapi UN. Dulu namanya Ebtanas
dan selalu berubah setiap era.
Dalam hal ini yaitu mengenai kondisi psikis anak ketika menghadapi
Ujian, apakah kita sebagai orangtua atau guru membantu mereka mengelola
emosi, agar bisa bersikap tenang dalam menghadapi pertempuran atau
kekalutan bernama Ujian Nasional ini. Adakah kita para orangtua maupun
guru menciptakan suasana yang kondusif agar mereka siswa tersebut bisa
menyikapi atau mempersiapkan mental dengan baik agar semangat
menghadapinya(UN)? Tanyalah pada diri kita sendiri sebagai orangtua atau
guru. Jangan-jangan malah kita menciptakan suasana yang tegang,
sehingga belum saja menjalani UN, siswanya sudah nervous, tertekan,
khawatir, takut tidak lulus dan banyak ketakutan-ketakutan lainnya.
Otak dan pikiran mereka kita jejali dengan latihan-latihan soal, dalam
pandangan mereka kita gambarkan bahwa meraih NEM atau nilai berdasarkan
standart nasional berapa, (tanya saja pada mereka yang berkompeten),
tertinggi adalah harga mati. Atau tinggal pilih mau lulus atau tidak,
terserah yang penting kita bisa menjejali mereka bahasan-bahasan soal
yang memusingkan kepala. Lagi-lagi siswa selalu jadi korban, mau protes
apa ada yang menyikapi. Garis bawahi, jika siswa sudah duduk di kelas
III, maka mereka akan dilatih untuk menjawab a,b,c dan d. Latihan soal
ini dan soal itu, terkadang kurang di jam pelajaran, ditambah lagi
dengan les, bahkan ada yang ikut bimbel. Waktu diisi hanya berpacu
dengan soal dan soal, materi nomor kesekian, ilmu yang didapat siswa itu
urusan nantilah. Jika siswa ada yang gagal maka mereka yang disalahkan,
tapi kalau mereka dapat nilai bagus maka semua berbangga hati.
Bukan berarti UN itu tidak penting, namun disini yang harus diperhatikan
adalah kesiapan kondisi psikis anak atau siswa itu harus diperhatikan.
Tidaklah harus main-main menghadapi UN tersebut. Kita sebagai orangtua
atau guru haruslah mengkondisikan mental anak dengan baik., dampingi
mereka. Karena mempersiapkan mental yang baik dalam menghadapi ujian itu
penting. Kita tidak mesti menuntut anak secara berlebihan agar mereka
jadi juara dengan tekanan-tekanan secara lisan. Harus dapat NEM tinggi
atau harus dapat rangking terbaik atau harus-harus yang lainnya lagi.
Persiapan untuk belajar saja anak atau siswa tersebut sudah capek lahir
batin, apalagi dengan tuntutan-tuntutan kita yang terlalu over.
Seolah-olah NEM tinggi itu adalah segala-galanya. Cukuplah sudah kita
membebani mereka dengan jadwal-jadwal padat dalam menghadapi ujian.
Belum lagi ditambah peraturan-peraturan yang sudah terpusat dalam
mengatur tentang UN ini. Jangan ditambah lagi dengan hal remeh temeh
yang dapat berakibat fatal, hingga siswa benar-benar gagal menempuh UN,
hanya karena kondisi mental yang jatuh.
Saya yakin kita, anda para orangtua dan pendidik yang berhubungan
langsung dengan anak atau siswa dapat bersikap arif dan bijak menyikapi
hal ini. Dan sebagai anak atau siswa, haruslah menghadapi ujian ini
dengan penuh tanggungjawab, kesatria dan jujur. Marilah kita ciptakan
suasana yang kondusif agar siswa dapat menghadapi dan menjalani ujian
nasional ini dengan hati yang tenang dan senang. Mereka bahagia dan
semangat menghadapi dan menjalaninya tanpa ada beban, dibarengi dengan
doa dan usaha mereka yang maksimal, maka yakinlah kita akan melihat
keberhasilan mereka. Tapi ingat ilmu atau materi itu penting ditransfer
kepada siswa, tidak hanya mengutamakan latihan-latihan soal yang
sifatnya temporal atau instan. Kasihan jika kita mencetak lulusan yang
tak berilmu pengetahuan. Coba bayangkan “Andai Ujian Nasional, Seperti
Sebuah Pesta,” maka siswa akan menyonsongnya dengan penuh kegembiraan,
bahkan dengan semangat dan keriangan diwajah yang terus terpancar.
Sumber :: http://www.ubb.ac.id
|
0 komentar:
Posting Komentar